14.10.08

Cooking, Coding, Customization.

Customization
Salah satu daya tarik Linux dan open source software umumnya adalah kemudahan dalam customisasi. Pengguna diberi kesempatan untuk melakukan eksplorasi seluas mungkin dengan batas akhir kemampuan pengguna dan azas sang aplikasi itu sendiri. Pengguna yang belum mampu melakukan customisasi, atau tidak memiliki cukup waktu untuk ngoprek, bisa mempercayakan customisasi pada penyedia distro siap pakai. Sebaliknya kemudahan customisasi bisa membingungkan para pengguna awam, karena belum mengerti apa yang musti dilakukan.

Cooking and Coding
Menakjubkan, aku menemukan satu "moto" pada signature, tapi lupa siapa pemiliknya, yang pasti pemiliknya member KLUWEKS, COOKING IS BETTER THAN CODING sebagai salah satu pemilik hobi masak, aku suka meluangkan waktu untuk memasak, baik untuk dinikmati sendiri atau bersama keluarga. Secara umum, aku lebih pandai memasak dibanding istriku, dan aku lebih menyukai pekerjaan memasak dibanding istriku :=)) Slogan KLUWEKER tsb tentu saja membuatku tertawa dan setuju sekali.

SIE TEULHEUE
Sie Teulheue (ejaan dikoreksi oleh atha) salah satu jenis masakan asal Aceh paling menarik buatku untuk menikmatinya. Melihat penampilan sang masakan, serta kesederhanaan dan minimalisnya, bisa ditebak, SIE TEULHEUE berusia sangat tua. Jenis masakan ini merupakan milestone atau tanda besar dari masyarakat Aceh dalam teknologi PRESERVASI MAKANAN Minimnya teknologi dan peralatan pada masanya, membuat masyarakat Aceh harus berpikir dan berinovasi dalam teknologi pengawetan makanan.

Tampaknya, dengan mengacu pada SIE TEULHEUE, tidak heran bila di masa Kolonialisme, masyarakat Aceh mampu bertahan sangat lama dalam melakukan perang gerilya. Perang dimanapun di atas bumi ini, salah satu peran penting adalah ketersediaan LOGISTIK yang mencukupi. Sie Teulheue, sangat mudah dimasak, dikemas dan ditransport (dibawa) kemana-mana tanpa membusuk dalam jangka waktu panjang (Keyakinanku makanan ini bisa bertahan lebih dari Tiga bulan), dan tinggal memanaskan bila akan dinikmati. Dalam suhu ruang di udara tropis Indonesia, sie teulheue akan berupa sekumpulan potongan daging dibalut lemak. Jenis makanan ini juga cocok untuk para Mahasiswa/Mahasiswi atau siapa saja yang hidup dalam rumah/kamr kos, karena kesederhanaan dan keawetannya tanpa membutuhkan mesin pembeku (FREEZER).

Menurut informasi Istriku (Harus diingat Istriku bukanlah pemasak yang baik) bumbu sie teelheue hanya : Garam, Bawang Putih dan Jahe Jenis rempah yang sangat mudah didapat di Indonesia. Dengan bekal informasi pendek mengenai bumbu dan cara memasak dari Istriku, aku memutuskan untuk mencoba memasak SIE TEULHEUE sendiri.

Batang Sereh
Garam, Bawang Putih dan Jahe konon merupakan bumbu dasar dan default untuk sie teulheue.
From Cooking NOT CODING


Dengan pertimbangan menambah aroma, aku memutuskan untuk sangat sedikit melakukan customisasi pada bumbu dasar sie teulheue dengan menambahkan DAUN SEREH tak taulah apakah ada yang pernah mencoba melakukan ini.

Bahan dan Alat
Untuk memasak sie teulheue bahan utamanya : Daging, Bawang Putih, Jahe (aku Menambahkan Daun Sereh) Untuk 1 KG daging, digiling saja 3 siung bawang putih, sebesar ibu jari jahe dan satu sendok teh garam. Daging yang dipilih haruslah mengandung lemak cukup banyak, karena lemak inilah yang akan mematangkan sitheleu dan sekaligus menjadi alat preservasinya. Semua bumbu digiling halus atau dipotong kecil2. Potong daging sebesar sekitar 2x2 cm. Cuci daging bersih-bersih dan aduk-aduk dengan bumbu yang sudah dihaluskan, tambahkan sebatang sereh.

From Cooking NOT CODING


Tentu saja kita membutuhkan kompor atau tungku pemanas lain, satu hal mutlak, api kompor pada posisi terkecil, karena memasak sie teulheue membutuhkan proses mengeringkan kandungan air dalam daging dan mematangkan dengan lebak pada daging itu sendiri, api besar akan membuat lemak yang meleleh menjadi minyak akan cepat kering.

From Cooking NOT CODING


Penggunaan alat masak jaman Paleolitikhum akan memudahkan proses masak, jadi gunakanlah alat gerabah (keramik/ alat terbuah dari tanah liat). Saat ini Gerabah sudah mulai agak sulit didapat di kota-kota besar, karena dianggap kurang hiegienis. Penggunaan alat dari Logam tidak dianjurkan karena Logam akan memancarkan kadar panas berlebihan, sehingga kemungkinan daging sie teulheue akan gosong dan rasanya tidak enak.

From Cooking NOT CODING


PROSES
Tumpangkan gerabah diatas kompor api kecil, dan pastikan bahwa gerabah telah kecing, daging yang sudah diaduk dan dilumuri bumbu dituangkan kedalam gerabah dan aduklah sesekali untuk mencegah lengketnya daging pada gerabah. Pastikan kandungan lemak dalam daging mencukupi.

From Cooking NOT CODING


Teruslah mengaduk sesekali, daging akan mengeluarkan air dan air ini akan mematangkan daging tersebut.

From Cooking NOT CODING


Aroma harum akan terus memancar dari adukan sie teulheue selama proses memasak dan tambahan daun sereh membuat aroma semakin harum. Untuk memastikan kadar keasinan, boleh dicicip ketika setengah matang terutama pada kuah yang muncul sebelum mengering.

Siap Saji
SIE TEULHEUE akan masak ketika daging mulai tampak agak menghitam, dan tidak lagi terdapat air dalam adonan sitheleu, sebaliknya lemak mencair berbentuk minyak yang mendidih, sekali lagi bisa dicicip untuk memastikan kadar garam dan tambahkan bisa terasa kurang asin. Apabila terlalu asin, tidak ada hal yang bisa dilakukan. Langkah menambah cuka atau jeruk nipis untuk mengurangi rasa asin bisa dilakukan, tapi pasti akan merusak aroma dan rasa sie teulheue itu sendiri.

From Cooking NOT CODING


Sie Teulheue cocok untuk lauk sarapan, makan siang maupun makan malam ....

.... selamat Masak dan selamat Makan

5 comments:

  1. Anonymous13:41

    Pertama saya agak bingung dengan nama makanan yang anda paparkan, "SITHELEU".

    Tapi setelah melihat bentuk makanannya ejaan yang tepat untuk nama makanan ini adalah "Sië Teulheuë" terdiri dari dua kata, yang berarti Daging Diawetkan. Teulheuë = di awetkan dengan cara di gongseng sampai kering.

    Sebagai orang Aceh di perantau, dan dapat pendamping hidup bukan orang Aceh tapi orang Pekalongan. Saya meuchén (rindu) sekali dengan masakan Aceh. Kuah Pliëk, Mulôh asam keu-euëng, Kari Kamèng, dan lain-lain yang hanya bisa saya bayangkan saja. Saya sendiri tidak bisa memasak itu semua. Hanya makan masakan Ibu saja he..he..he...

    Di Aceh di mana pak?

    ReplyDelete
  2. atha

    kayaknya kita terbalik-balik, saya orang pekalongan dan istri saya orang Aceh :=))

    Terimakasih atas perbaikan ejaannya ..

    ReplyDelete
  3. Anonymous07:52

    Wah... juragane pinter masak tibake...
    Kpn ke sudan boss..?

    ReplyDelete
  4. Anonymous09:31

    mantap kali masakannya..kok kami gak sajikan seperti itu yah ketika disana..hehehehe

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.