8.9.10

Bang Roni Pulang Kampung, 1 Syawal 1431 H

Sudah tiga hari sejak tgl 6, 7, 8, September 2010. Setiap habis buka Puasa, Jalan Kalimalang mengalami kemacetan diluar kebiasaan (maksudnya : Biasanya Juga Macet). Ditengah kemacetan, aku sesekali berpikir, jangan-jangan prediksi tahun 2014 Jakarta akan mengalami kemacetan total sepanjang hari benar-benar akan menjadi kenyataan. Radio menginformasikan jalur-jalur keluar kota Jakarta juga mengalami kemacetan.

Setiap warga Jakarta dan warga Indonesia umumnya beranggapan semua ini "Wajar" karena menjelang lebaran :D Ingatanku melayang pada tahun 1991, aku berurbanisasi ke Jakarta tahun 1990, meninggalkan kota sangat Indah dan Jelita ... Balikpapan. Tahun 1991 Pertama kali mudik dari Jakarta ke kota kelahiranku Pekalongan, dengan segala kegembiraan nebeng kendaraan salah satu kawan baik. Keluar Pondok Pekayon Indah pukul 21.00 dan baru bisa keluar gerbang Tol Cikampek pukul 04.00 esok harinya. Sejak saat itu, menikmati perjalanan mudik dalam antrian kemacetan adalah hal biasa.

Warga Jakarta, fenomena di Jalan kalimalang pada tanggal 6,7,8 September 2010, sangat kelihatan dominasi Sepeda Motor yang mengalir bagaikan pasukan serangga, seakan tidak ada akhirnya. Berbagai tampilan dan warna jaket, volume dan jenis Muatan, warna helm diselingi beberapa rombongan menancapkan tanda bendera warna tertentu (sebagian besar bendera menggunakan syal atau saputangan), atau rumbai-rumbai terbuat dari tali rafia. Aku menatap semuanya dengan senyum lebar, aku begitu terpesone dengan "semangat" dan "kegairahan" para pemudik, mereka sungguh-sungguh penuh gairah, hujan tidak membuat pemudik bermotor ini berteduh, selain mereka sudah mempersiapkan barang bawaan yang rapat terbungkus plastik tahan air dan mengenakan jaket penahan air hujan.

Saat merenungi kemacetan di perempatan Lampiri / Kalimalang, mataku menangkap sebuah pemandangan unik. Diantara jubelan mobil dan sepeda motor, terdapat satu Bajaj yang terus meraung dan merangsek maju dengan keberanian sekelas Matador. Mobil-mobil pribadi bahkan angkot tampaknya tidak ingin berurusan dengan bajaj nekad ini dan cenderung memberikan jalan, sehingga sang bajaj bisa beringsut seraya melepaskan raungan mesinnya yang sangat memekakan telinga. Sampai pada sebuah titik Bajaj tersebut harus menyerah pada situasi dan berhenti karena tidak ada ruang cukup untuk maju, derum suara mesinnya menderu berirama, masih dalam taraf memekakan telinga.

Bang Roni Pulang Kampung


Senyumku terpaksa melebar saat sempat membaca tulisan di Jendela bajaj tersebut Bang Roni Pulang Kampung. Pulang kampung mengendarai Bajaj tetaplah fenomenal, sedemikian kuat kegairahan pulang kampung. Barangkali inilah satu-satunya kekuatan Romantika Kolektif warga Jakarta.

Buat Bang Roni dan Seluruh warga Jakarta, selamat pulang kampung. Selamat lebaran 1 Syawal 1431 H, Mohon Maaf Lahir dan Bathin

sutan sabri

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.