Lumayan sulit menemukan padanan dalam bahasa Indonesia untuk istilah CHILD DISTRO. Sudahlah, meski orang lain ndak tahu artinya, kusebut saja Distro Anakan atau malah Anakan Distro, nanti nanya ahli bahasa hukum DM apa MD yang berlaku disitu.
Distro Anakan
Pilih frasa ini aja, rasanya lebih pas. Distro Anakan (selanjutnya disingkat DA), dikenal juga sebagai derivasi atau turunan distro lain; payahnya distro linuk sudah beranak pinak semakin banyak, ini resiko kemerdekaan. Secara singkta aku cuma mengenal Distro Induk (Mother Distro) tadinya sih disebut distro doank: RedHat dan Debian. Aku sih menganggap cuma 2 ini saja Distro Induk dalam kancah perlinux-an. Kalau mau disebut lagi bisa disusulkan Slackware dan Gentoo.
MintOS
Ini nama baru yang diusulkan penggemarnya kepada si pengembang, membuang kata LINUX, sampai saat ini masih dikenal sebagai LinuxMint. siMint ini juga disebut ubuntu rasa mint. Yang pasti dia anak si ubuntu yang artinya cucu mbah Debian. Wah ubuntu mungkin kawin muda hingga beranak terlalu cepat. Biasa-lah kalo lagi jadi selebritis khan suka gitu, cepat laku (kata orang desaku); lahirnya Mint membuat Debian merasa tua dech.
Yang mengherankan (sebenarnya wajar) mint lebih baik dari feistyfawn, dari segi apa? Mint mewarisi kemudahan dan keindahan ubuntu, penampilannya malah lebih "clink", wajah cerah, bau wangi, tubuh ramping tapi padat, seksi sekali. Seperti ibunya, tidak rewel dengan hardware, apa saja diterima dengan senang hati, tidak milih ini itu yang bisa bikin kepala puzink. Suaranya juga lebih merdu, kalo selesai instal ubuntu kita musti nambah kodek ini, kodek itu si Mint langusng nyaring melantangkan Mp3, tanpa peduli bajakan atau asli, yang namanya DVD dan VCD dilalap habis. Cuman aku lupa apakah codecs paling populer win32codecs langsung instal atau tidak; kayaknya langsung deh, kalopun belum repositorinya sudah disediakan secara default.
Aku mencoba Mint Cassandra ... duh namanya mengingatkan pada tokoh cerita telenovela yang pernah populer sekitar sepuluh tahun lalu, nuansa hijau menghiasi seluruh penampakan si Mint, elegan, seperti semboyannya. Jadi tidak ada banyak cerita karena si Mint mengambil slogan ibunda ubuntu Just Work(TM) dengan sangat manis, implementasi luar biasa terhadap filosofi ubuntu. Mints ngacir di Toshiba Tecra 9000 RAM 256 MB, bahkan sejak live sudah bisa browsing, emailing, dan laing laing.
Zenwalk 4.6.1
ZENWALK 4.6.1 dirilis 6 Juni 2007 dengan kernel bawaan 2.6.21.3. Distro Anakan satu ini, merupakan metamorfosa Minislack, anak kandung Slackware nan tomboy dan sedikit garang. Nyubi seperti aku agak deg-degan melakukan instalasi Slackware. Zenwalk standar mewarisi gaya instalasi Slack yang kaku dan membingungkan, meskipun cepat dan akurat. Uniknya kesan garang menghilang begitu Zenwalk log-in; xfce 4 bernuansa biru (warna khas slack) terlihat seksi, gerakannya lincah cenderung cepat; kira-kira gayanya bak Nadia Commaneci, pesenam Rumania yang pertama kali mendapatkan nilai sempurna 10 (sepuluh) di Olympiade. Ringan, cepat, langsing, seksi, menawan. WOW ....
Pengetahuan dan ketrampilanku di bidang linux yang cekak, kemudian terlena dengan kemudahan ubuntu dengan efek samping males belajar, sedikit bingung dengan Netpkg, manajer paket bawaan di ZenOS ini, tapi mode GUI-nya cukup menawan, cuma itulah hanya bisa konek di satu repositori pada satu waktu; tidak seperti synaptic yang melenakan.
Ketidak sabaran milih-milih repositori membuatku mengambil jalan pintas, menginstal flashplayer secara manual jadi lebih cepat. Masih urusan kodek nih, kodek gstreamer dan ffmpeg mudah saja diinstal karena nampak dengan jelas di repositori manapun bawaan zen. Nah pas w32codecs harus instal di zen, sedikit memusinkan, seluruh repositorinya tidak menyediakan ini. Alamak !!!. Kembali lagi kepada fitrah linux, donlot, install secara manual. Dimana bisa didapat satu set w32codecs ini; kata Paman Google adanya di Markas Besar MPLAYER. Okelah, percaya saja dan main donlot, simpan. Filenya terkumpul oleh *tar.gz, enak setelah di-ekstrak semua muncul; wah saya fikir harus ./configure atau ./install atau apalah, hal-hal menjengkelkan dengan terminal alias konsol. Dibaca baik2 tidak ada tanda-tanda demikian. Ealah jebul caranya mudah, tinggal ekstrak semua file itu di /usr/lib/codecs dan biarkan gitu aja. Klik file *.avi langsung main deh video ringan.
Nah soal hard-ware; jeng Zenwalk ini agak sedikit runyam, kartu wireless adaptor PCI rt2561 (ralink) tidak disertakan modulnya di kernel, weleh... weleh ... rupanya ini yang bikin si Zen bergerak cepat, kernelnya enteng dan langsing; padahal jaman sekarang lebih banyak yang suka kernel "semok". Lagi males melakukan kompail mengkompail, akhirnya biarlah akses net lewat "wired"; athernetku realtek 8169 untungnya ada modul r8169-nya jadi langsung kedetek.
Komporisasi
Secara umum dua DA ini sama indah dan sama cepat, Zen lebih cepat dari Mint karena pilihan desktop manajer. Kecepatan Zen harus ditebus dengan ketidak mudahan untuk digunakan tapi penampilan keduanya sama-sama mengkilat, ramping namun padet : SEKSI itu saja pendeknya.
Itulah, anak-anak semakin cepat maju dan lebih baik dari orangtuanya ..... seneng dech
wahhh desainya ganti lagi.... fotonya ganti+logoBlankOn.... walah...walah... memang aktivis linux...
ReplyDeletebtw masalah seksi, seksi mana WG apa Dian Sastro ya..??
salam kenal bos,
ReplyDeletesaya jg pakai toshiba (tecra 8200) p3 850 mhz ram 256mb.
saya coba livecd mint 3.0 xcfe lumayan cepat tapi yg gnome dan kde lemot sekalee.
kl ubuntu sih lancar2 aja....
mint xfce sepertinya tdk seindah yg gnome :P
ReplyDeletetp ada yg menarik lho di mint xfce: kayaknya ini distro pertama yg pake "wicd" utk setting wifi.
ReplyDeletewpa langsung jalan, enak sekali :)